32,7 Persen Balita di Brebes alami Stunting

32,7 Persen Balita di Brebes alami Stunting

Sebanyak 32,7 persen balita di Brebes, di Brebes, mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang. Sepuluh desa masuk katagori tertinggi jumlah balita stunting. Secara keseluruhan, balita stunting tersebut mencapai 685 orang, dari jumlah balita 4.919 orang.

“Jumlah penduduk di sepuluh desa ini sebanyak 71.225 orang. Penduduk katagori keluarga miskin ada 19.433 orang,” kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Brebes, Nurul Aeny, Jumat, 21 September 2018, di kantornya Jl. Dr.Wahidin, Brebes.

Hal ini, lanjut Nurul, menempatkan posisi kasus stunting di Brebes menjadi nomor satu di Jawa Tengah dan masuk kategori sepuluh besar nasional.

Stunting adalah kondisi panjang atau badan anak anak dibawah standar dibandingkan usianya. Pengukuran badan dilakukan pada bayi usia 0-23 bulan dan pengukuran tinggi badan dilakukan untuk anak usia mulai 24 bulan.
“Ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan kurang darah (anemia) sangat berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah yakni kurang dari 2.500 gram. Bayi tersebut berisiko mengalami hambatan pertumbuhan dan menjadi stunting,” katanya.

Ia menambahkan, kondisi tersebut terjadi pada ibu yang melahirkan pada usia remaja antara 15-19 tahun, atau ibu yang tingginya kurang dari 150 centimeter dan anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang optimal. Di antaranya ASI ekslusif pada enam bulan pertama kehidupan, makanan pendaping (MP) ASI dimulai usia 6 bulan dan terus mendapatkan ASI hingga dua tahun atau lebih.

“Akibat stunting anak mengalami hambatan pertumbuhan sehingga mempunyai fisik yang pendek sampai dewasa. Perkembangan sel otak terhambat sehingga kecerdasan berkurang, meningkatkan risiko menderita penyakit tidak menular seperti kencing manis dan hipertensi di usia dewasa,” ungkapnya.

Besarnya jumlah anak stunting ini salah satunya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga. Sehingga penanganannya bukan hanya dari segi kesehatan, tapi juga melibatkan sektor lain seperti pendidikan dan lainnya.

Balita stunting ini akan berdampak pada terganggunya tumbuh kembang intelektual anak. Ini bisa disebabkan karena kurang gizi selama kehamilan sampai berusia dua tahun.

Di beberapa desa, balita stunting ini juga mengidap gizi buruk. Salah satu balita stunting yang mengidap gizi buruk adalah Waliya Aenun Latifah usia 4,5 tahun. Akibat stunting dan gizi buruk, bobot anak ini hanya 10 kg dan tingginya 96 cm.

“Padahal, di usianya tersebut ia seharusnya memiliki bobot minimal 15 kg dan tinggi badan 100 cm,” kata bidan desa Puskesmas Pembantu Desa/Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Rima Rafida yang mendampingi Aenun.

Balita stunting lain di desa ini adalah Sintia umur 15 bulan. Ia memiliki bobot hanya 6 kg panjang badan 69 cm. Padalah seharusnya Sintia memiliki bobot paling tidak 10 kg dan panjang badan 90 cm. (kun)

About The Author

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *